Tempat Wisata
*tining (notifikasi hp Keenan)
"hmm apa ini?" tanya Keenan sembari melihat handphone miliknya
Keenan pun melihat pesan itu, ternyata pesan tersebut dikirimkan melalui email akan tetapi Keenan tidak tau siapa pemilik akun tersebut. Ia pun membaca pesan yg dikirimkan tersebut, ternyata pesan tersebut berisikan promosi sebuah tempat wisata.
Keenan pun tertarik untuk pergi ke tempat wisata tersebut.
"it's look fun, apa i ajak temen-temen aja ya?" tanya Keenan.
Akhirnya Ia pun mengajak teman-temannya untuk berwisata ke tempat tersebut. Keenan mengajak 3 sahabatnya dan 1 teman sekelasnya. 3 sahabatnya itu adalah Arkan, Kanaya, dan Vienna dan 1 teman sekelasnya bernama Xavier. Singkat cerita mereka pun berangkat ke tempat wisata tersebut. Tempat tersebut berada di seberang pulau.
Sesampainya disana Keenan merasa bingung dikarenakan semua yang tertera di poster sangat amat berbeda dengan yang Ia lihat. Ia pun tidak ambil pusing dan melanjutkan perjalanan, teman-temannya merasa merinding dan takut, Keenan meyakinkan teman-temannya bahwa mereka akan segera sampai.
Setibanya mereka di sebuah villa mereka pun mulai bersantai dan merasa tenang, dan mereka barbeque-an bareng-bareng. Di tengah-tengah mereka sedang asyik barbeque-an ada salah satu teman Keenan bernama Vienna yang sejak sampai di villa hanya diam, bahkan ia sama sekali tidak merasa bahagia atau senang. Keenan pun berinisiatif untuk bertanya pada Kanaya.
"Vi? what's happening? dari tadi gue liat lu diem diem bae" tanya Keenan
Namun Vienna sama sekali tidak menjawab pertanyaan dari Keenan, and Keenan think that she was tired because of the journey. And Yap Keenan memilih untuk diam dan tidak menanyakan apapun lagi.
Dikamar mereka masing-masing Kanaya baru menyadari ada yang aneh dengan Vienna
"Vienna? lu kenapa sih? nyalain musik segede itu volumenya, apa gak rusak gendang telinga lu" tanya Kanaya
Dan Vienna pun menjawab pertanyaan itu
*menarik tangan Kanaya
"Nay... jujur dari tadi perasaan gue ga enak plss, gue takut" jawab Vienna
"Lu takut apa? ga biasanya seorang Vienna begini" tanya Kanaya lagi
"Sebenarnya tadi waktu perjalanan ke villa, g-gue....."
*dug dug dug Arkan mengetuk pintu kamar Kanaya dan Vienna
"woee cepetan keluar, katanya mau maen kembang api" ucap Arkan
Mereka pun tidak melanjutkan pembicaraan tadi, dan keluar menyusul Arkan, Keenan, dan Xavier.
*duar duar duar suara kembang api yang indah berada di atas mereka
"Akhirnya Vienna senyum, ga murung kek tadi" ucap Keenan sembari ikut tersenyum
Di lain cerita para penduduk desa yang berada di dekat villa yang di tempati mereka merasa gelisah entah karena apa. Salah satu warga desa mengimbau mereka agar tidak ribut dimalam hari. Mereka sontak terbingung.
"Kenapa ya pak? tadi bapak pemandu ga ada bilang gitu" tanya Arkan
"Panjang cerita nak, yang penting sekarang kalian ikuti aturan disini ya.." ucap warga tersebut
Akhirnya mereka mulai tidur dan tidak memikirkan ucapan bapak itu. Keesokan harinya mereka menjalankan aktivitas seperti biasa, dibuku panduan villa di hari kedua mereka dapat berjalan jalan di pulau tersebut dan di berikanlah sebuah peta. disaat mereka mengelilingi pulau itu, mereka jadi tau bahwa pulau tersebut begitu kecil dan terpencil, dan karna itulah hanya ada 1 desa di pulau tersebut. Di perjalanan mereka mengelilingi pulau mereka baru tersadar bahwa desa tersebut yang awalnya ramai di pagi hari menjadi. begitu sepi.
"Sepi banget sih, orang-orang pada kemana dah?" tanya Kanaya
"Ini masih pagi, mungkin kita doang yang kelilingnya kepagian" jawab Xavier
"desa ini aneh" ucap Arkan
"why?" tanya Keenan
"you still asking? ya lu liat aje, kemarin ditegur ga bole ngidupin kembang api karna malem-malem ga bole ribut, lah sekarang pagi jam 7 lho sepi banget, ga ada suasana perdesaannya" jawab Arkan
"hmm omongan Arkan ada benernya juga sih" ucap Kanaya
Pembicaraan mereka tiba-tiba terhenti karena mendengar suara Vienna yang cape dan mengeluh untuk melanjutkan perjalanan.
"Guyss, gue cape banget, ga bole apa istirahat bentar, udah tau fisik gue lemah, malah diajak keliling begini, mana gue haus banget lagi" ucap Vienna
"Hmm persediaan air kita habis nich" ucap Keenan
"Tuhh kan gue dah bilang banyakin bawa air, gimana sih" ucap Kanaya
"Gimana kalo kita minta air ke salah satu rumah warga aja, daripada kita dehidrasi" ucap Xavier
"Nahh ide yang bagus tuh, pemikiran anak ranking pararel emang beda ya" ucap Arkan
Mereka pun pergi ke salah satu rumah warga, disana mereka mengetuk pintu dan memberi salam. Tapi tidak ada satu orang pun yang membukakan pintu.
"Apaan sih, bilang aja ga mau kasih kita air, dah lah kesel gue sama warga-warga disini" ucap Arkan
"Lu ga bole gitu, kasihan Vienna kehausan" ucap Xavier
Xavier berinisiatif untuk mengetuk rumah warga yang lain, tapi hasilnya tetap sama, tidak ada satupun yang membukakan pintu. Arkan yg cerdik mengetahui bahwa salah satu rumah warga tidak terkunci dan Ia membuka pintu tersebut, alangkah terkejutnya mereka karna dirumah itu kosong dan sama sekali tidak ada orang. Merasa ada yang aneh mereka mengecek satu persatu rumah dan hasilnya tetap sama, tidak ada orang dirumah. Mereka semua bingung kenapa penduduk desa tiba-tiba hilang begitu saja, karena awal sejak ia ke tempat itu penduduk desa sangat amat ramai.
Dari kejauhan tepatnya di pantai mereka mendengar suara bising, alhasil mereka pun pergi ke pantai. Di pantai mereka melihat kapal yang sangat besar sedang membawa penumpang, akan tetapi bukan penumpang yang berkunjung ke pulau tersebut. Melainkan orang yang sedang terburu-buru untuk pergi meninggalkan pulau tersebut. Dan yapp mereka baru tersadar kapal yang mereka tumpangi adalah kapan milik Keenan dan kawan-kawannya.
"Guys kita pulang aja yuk, g-gue...." ucap Vienna
"Pulang kemana ha? ke rumah? gabisa kapal yg dipake mereka itu kapal kita" ucap Arkan
"Wait, itu mereka ngapain pake kapal kita?" tanya Kanaya
"Entah kenapa, tempat ini sedikit aneh" ucap Keenan
Semua seketika terhening dan tidak ada satupun berkata-kata. Diantara kecanggungan itu, Vienna mulai buka pembicaraan
"Hey.... ada yang mau gue ceritain sama kalian semua" ucap Vienna
"apa?" jawab mereka
"Sebenarnya waktu awal kita ke desa ini, ada banyak hal yang gue alami" ucap Vienna
"Hal apa Vi?, ga usah setengah-setengah deh lu ceritanya" tanya Kanaya
"Hal yang ga bisa gue lupain, saat kita melewati sebuah hutan yg begitu lebat untuk sampai kesini, gue ngeliat ada salah satu warga yang sangat memperhatikan kita, dan ketika gue pengen liat dia lebih jelas, gue liat dibelakang dia ada tangan hitam, tanpa anggota tubuh lain, hanya tangan yg memegang pundak seorang anak sekitaran umur 9-10 tahun" jawab Vienna
"Jadi itu hal yang mau lu ceritain ke gue waktu di kamar?" tanya Kanaya
"He'eh, dan waktu di perjalanan aku juga ngerasa gelisah, hingga waktu kita sampai di pantai, g-gue ngeliat...."
"ngeliat apa Vi?" tanya Keenan dan Arkan
"ngeliat o-orang di kapal yang sedang melambaikan tangan ke arah kita dengan gestur aneh, seram, dan tersenyum" jawab Vienna sambil menangis ketakutan
Mereka yang bingung harus gimana pun terpaksa menelepon pemilik villa serta kepolisian. Dikarenakan pulau itu adalah pulau yg terpencil, tentu saja susah untuk menghubungi bantuan. Dan ketika mereka menelepon pemilik villa bersamaan dengan telpon Xavier yang berdering. Xavier pun mengangkat telponnya dan berkata.
"Haloww, coba lihat ke belakang" ucap Xavier sambil tersenyum
Sontak mereka semua terkejut dan tidak percaya karena pemilik villa tersebut adalah Xavier, dan mereka bertanya.
"Maksud kamu apa Xavier?" tanya Arkan
"Kenapa yg angkat kamu?" tanya Keenan
"Huh.... ternyata benar dugaanku" ucap Vienna
"Wait wait, I'll answer all of your question, first yapss aku adalah pemilik villa ini serta pemilik pulau ini" jawab Xavier
"And..... dugaan kamu apa Vienna Austria" tanya Xavier
"Dari awal aku cerita begituan, kamu ga peduli sama sekali, like you already know something in this place" jawab Vienna
"Hahahaha! dari awal aku liat kamu, kamu itu begitu peka ya, ga seperti kawanmu yang aga goblok ini" ucap Xavier
"To the point aja er, apa maksud kamu bawa kita kesini?" tanya Kanaya
"Hmm actually I'm very very bored, cause i have all that i want, and now i want all of you to play some games with me in this Island, only me and four of you" jawab Xavier
"and by the way Keenan, yang ngirimin kamu pesan mengenai tempat ini adalah aku" ucap Xavier dengan sarkas
Keenan sempat kaget tentang hal itu, dan Ia berkata.
"Ohh jadi lu yang ngirimin gue pesan, lucu ya nama lu kek cwe" ucap Keenan
"Jadi lu mau ngapain disini?" tanya Arkan
"Aku dah bilang kita bakalan maen games! kalian punya telinga ga sih" jawab Xavier
"Ya games apa?!" tanya Kanaya
"Games yang dapat membuat kalian trauma dengan kehidupan dibumi" jawab Xavier
"Lo dendam apasi sama kita? sampe Lo ngelakuin hal kek gini" tanya Vienna
"Kok kalian masih nanyain begituan sih, aku gagal dapet gold medal dan gagal melanjutkan lomba ke tingkat inter gegara kamu Vienna, kamu ambil semuanya, Arkan Keenan karena kalian aku gagal maju ke pertandingan basket, karna aku telat datang latihan sekali, kalian sengaja banget ganti pemain, dan kamu Kanaya Valorie.... kamu ga tau kalo kamu adalah anak haram papaku, kamu selalu menghabiskan waktu bersama dia, papa ga pernah bangga punya aku, dia cuma bangga sama kamu doang, itu yg buat aku benci sama kamu" jawab Xavier
Mereka semua bingung ingin menjawab apa, dan terlihat ekspresi ketakutan mereka seperti ingin, melarikan diri dari situ. Mereka hanya diam mematung seperti tidak punya semangat untuk pulang.
"So, let's start the games......." ucap Xavier.
Komentar
Posting Komentar